SELAMAT MAJU JAYA DAN SUKSES

Monday, August 29, 2011

Kebahagiaan di Idul Fitri yang wajib disyukuri

Kita himpunkan segunung kesyukuran setelah sebulan penuh kita telah menjalani ibadah puasa Ramadhan, satu bulan kita dapat menahan lapar dan dahaga dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari. Di saat bulan penuh keberkatan, rahmat dan keampunan itu telah berlalu pergi, hari ini kita dipertemukan dalam suasana kegembiraan, iaitu hari raya idul fitri atau "hari kembali kepada fitrah", fasa kehidupan manusia yang dianggap suci, bersih dan bebas dari segala dosa.Di hari kemenangan ini, mungkin di antara kita ada yang bertanya-tanya: kegembiraan apa yang patut kita rayakan pada saat idul fitri tiba? Apakah hanya sekadar datang dan berlalunya "suatu hari" tanpa ada erti sebagimana hari-hari yang lain? Atau ada satu keistimewaan yang patut kita banggakan di hari ini?

Dengan penuh kesedaran bahawa kita inginkan bahagia kerana kita telah sempurna menemui bulan Ramadhan, dengan menjalankan perintah puasa, bahagia telah berbagi kepada saudara seislam kita, dengan menunaikan kewajiban zakat fitrah, dan bahagia dengan kesempatan halal bi halal atau bersilaturrahim, saling memaafkan segala kesalahan menghapus luka yang pernah terguris dan mempererat hubungan persaudaraan.

Bahagia telah menyempurnakan Ramadhan

Sewajarnya kita akui bahawa berhasil menjalani Ramadhan ini dengan fizikal dan mental yang sihat, sehingga mampu melaksanakan perintah puasa dengan sempurna, adalah anugerah besar dari yang maha kuasa. Sahabat Ali bin Abi Thalib Ra (w: 40 H / 661 M) berkata: "Sihat jasmani adalah anugrah yang paling indah"

Kita boleh membayangkan, bagaimana orang-orang yang pergi ke alam baqa' (meninggal dunia) sesaat menjelang datangnya bulan Ramadhan, mereka tidak menjumpai bulan yang penuh keberkatan, rahmat dan ampunan. Padahal, melalui ibadah di bulan Ramadhan, kita diberi bonus pahala berlipat dan kesempatan untuk melebur dosa-dosa yang pernah dilakukan. Rasulullah Saw - dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim - menjelaskan bahwa Ramadhan adalah bulan penuh ampunan.

Atau tidak sedikit saudara-saudara kita yang pada saat tiba bulan Ramadhan dalam keadaan tidak sihat, sehingga tidak mampu menjalankan kewajiban ibadah puasa, atau kalaupun tetap menjalankan, tidak sebagaimana orang yang normal kesihatannya. Pastinya mereka itu tidak dapat merasakan bagaimana nikmatnaya saat berbuka, saat bersahur, bagaimana nikmatnya kita mampu mengendalikan hawa nafsu dengan sedikit mengekang hasrat jasmani yang rakus.

Dalam satu kesempatan, ulama besar di zaman tabi'in (setelah zaman para sahabat Nabi) imam Ibnu Sirin, (w: 110 H / 728 M) berterus terang bahwa urusan hawa nafsu adalah urusan yang paling pelik dalam hidup ini, ia berkata: “Aku tidak pernah mempunyai urusan yang lebih pelik berbanding urusan jiwa”. Betapa urusan jiwa yang menyangkut pengendalian hawa nafsu adalah bebanan besar yang kerap merintangi hidup manusia, Rasulullah Saw dalam hal ini mengingatkan: "Jalan ke syurga dilapangkan dengan mengendalikan hawa nafsu, sedangkan jalan ke neraka dilapangkan dengan menuruti hawa nafsu" (HR. Bukhori dan Muslim)

Dengan tibanya idul fitri ini, sangatlah wajar jika kita berbahagia menampakkan kegembiraan bersama, bukan atas dasar telah berlalunya bulan suci Ramadhan, akan tetapi kebahagiaan ini dilandaskan pada keberhasilan kita dalam mengekang hawa nafsu dalam kadar dan rentang waktu tertentu.

Bahagia dengan peduli terhadap sesama muslim

Kebahagiaan kedua yang semestinya kita rasakan pada kehadiran hari raya idul fitri adalah, kita telah mengeluarkan zakat fitrah. Satu ibadah yang tidak lain sebagai bentuk penyucian diri setiap muslim sekaligus sebagai penyempurna puasa Ramadhan.

Zakat fitrah merupakan salah satu ibadah yang luas lingkungannya. kalau kita perhatikan secara mata kasarnya, sangatlah ringkas, tidak memerlukan jumlah harta yang berlimpah, akan tetapi setiap muslim yang pada saat tibanya idul fitri memiliki keinginan untuk dirinya, keluarga dan orang yang harus dinafkahinya, maka dia berkewajiban untuk mengelurakan zakat. Jumlah harta yang dikeluarakan pun sangat sedikit, hanya 1 Sha' sekitar 2,5 kg makanan sesebuag negeri, atau boleh juga digantikan dengan wang yang sebanding harganya.

Ia pasti bebeza dengan zakat perniagaan dan sebagainya, jenis-jenis zakat ini hanya bisa ditunaikan oleh kalangan berada saja. Setiap muslim yang berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah jauh lebih banyak dari pada zakat-zakat tersebut, hal ini sesuai dengan maqasid (tujuan) disyari'atkannya zakat fitrah yaitu untuk mengembalikan setiap manusia pada fitrahnya.

Kalau sejenak kita meneliti tujuan dan hikmah diwajibkannya ibadah zakat secara umum, ternyata ajaran Islam, disamping mengupayakan kesucian diri setiap insan, juga mengharapkan kesucian dan keberkahan harta benda yang dimilikinya. Dalam al Qur'an di jelaskan, saat Allah Swt memerintahkan Muhammad Saw untuk merealisasikan kewajiban zakat kepada para sahabatnya: "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan – dan mensucikan - mereka" (Qs. at Taubah: 103).

Dalam kesempatan lain Allah Swt menjelaskan: " Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah di sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridha'an Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan " (Qs. Ar Ruum: 39)

Kalau demikian kenyataannya, maka kesempatan kita untuk menjalankan kewajiban zakat fitrah, adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Kita telah diberi kesempatan oleh Allah Swt untuk mensucikan jiwa sekaligus mewujudkan rasa peduli terhadap suasana di sekitar kita. Bagaimanapun kebahagiaan dalam menyambut datangnya idul fitri, juga berhak dirasakan oleh kaum miskin yang sama sekali tidak memiliki makanan kmenjelang hari raya.

Berbahagia dengan bersilaturrahim:

Tradisi “halal bi halal” yang ada di setiap hari raya idul fitri adalah kesempatan bagi kita untuk bersilaturrahim. Tentunya silaturrahim dalam maknanya yang luas, yaitu saling memafkan atas segala kesalahan yang pernah dilakukan, saling mempererat hubungan persaudaraan atas dasar keimanan , bukan hanya atas dasar persaudaraan malah jua atas kekerabatan dan hubungan nasab keturunan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al Qur’an: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu" (Qs. Al Hujurat: 10)

Sebagaimana kita semua sedari, bahawa interaksi seharian dalam kalangan umat manusia akan selalu di warnai dengan berbagai hal, sesuai dengan situasi. Adakalanya baik ada kalanya buruk, kadang damai kadang konflik. Implikasi dari hubungan seharian antara sesama manusia ini tidak selamanya menyakitkan sehingga menimbulkan kebencian, begitu juga tidak semuanya menyenangkan sehingga menimbulkan kecintaan, pada saat-saat tertentu emosi, egois dan kesombongan yang akan menguasai diri kita.

Implikasi buruk yang kita terima dari sikap orang lain, begitu juga kelakuan tidak bersahabat yang kita tunjukkan kepada orang lain, baik dengan penuh kesadaran maupun dalam ketidaksadaran, harus kita perbaharui dengan bersilaturrahim. Kita percaya, bahwa hari raya idul fitri sebagai momen yang tepat untuk menjernihkan semula ketegangan hubungan antara sesama umat manusia. Rasulullah SAW bersabda : "Wahai manusia, tebarkanlah kedamaian dan sambunglah persaudaraan" (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Melalui silaturrahim, kita juga akan mendapatkan hikmah dan faedah yang luar biasa. Di antaranya; akan mempermudah segala urusan, menjalin rakan kongsi yang tentunya akan saling menguntungkan dalam bekerjasama. Dalam satu kesempatan Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang ingin diperluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya maka sambunglah persaudaraan" (HR. Bukhari dan Muslim). Sebahagian ulama menghuraikan kalimah "panjang usia" dalam hadis di atas dengan maksud "keberkatan hidup".

Sehingga ketemu di Ramadhan dan Idul Fitri yang akan datang , mudah-mudahan ia adalah wadah yang dapat mengembalikan pada fitrah keimanan kita, di mana idul fitri datang setelah kita menyelesaikan proses latihan mengendalikan jiwa melalui puasa Ramadhan, Kebahagian yang kita rasakan adalah anugerah dari Allah Swt yang wajib kita syukuri. "Katakanlah: Dengan kurniaan Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurniaan Allah dan rahmatNya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. " (Qs. Yunus: 58)

No comments:

Post a Comment

Kalau baik sebarkan kalau keji dan buruk buangkan jauh-jauh jangan amalkan

FREE PALESTINE

My Blog List